Selasa, 06 November 2012

Kelas Menengah Paling Rewel dan Marah Kalau BBM Naik


Kelas Menengah Paling Rewel dan Marah Kalau BBM Naik

Liputan6.com, Jakarta: Siapa yang paling menjerit kalau harga BBM di Indonesia naik? Ternyata bukan kelas ekonomi bawah yang teriak, tapi kelas ekonomi menengah yang paling sering menolaknya.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaid iNotonegoro mengatakan kelas bawah atau penduduk miskin yang tinggal di desa justru tidak terlalu rebut dengan kenaikan harga BBM karena mereka jarang menggunakan kendaraan untuk keperluan sehari-harinya.

Begitu juga dengan kelas menengah atas, yang sebenarnya bisa mengikuti kebijakan kenaikan harga minyak karena memang mampu.

Tapi berbeda dengan kelas menengah yang setiap hari menggunakan alat transportasi untuk kerja sehingga kenaikan harga BBM sangat berdampak kepengeluarannya.

"Kelas menengah itu well educated, terlebih dengan eksisnya mereka di sosial media membuat kelas menengah gampang untuk bersatu menolak kenaikan harga BBM. Jadi memang yang menggerakkan penolakan kenaikan harga BBM itu selalu kelas menengah," kata Komaidi dalam perbincangannya dengan liputan6.com melalui telepon, Rabu (23/10).

Tapi sebenarnya jika menghitung pendapatan warga, maka pendapatan masyarakat Indonesia saat ini sudah lebih tinggi yakni 2-6 dolar AS per hari, yang kemampuannya untuk beradaptasi dengan kenaikan harga minyak tetap bisa.

"Tahun 2008 harga BBM pernah mencapaiRp 6000 per liter, dengan kenaikan pendapatan saat ini kemampuan untuk membeli harga BBM di harga tersebut juga sebenarnya masih mampu," ujar Komaidi.

Hanya saja lanjut Komaidi, kenaikan harga BBM bukan Cuma masalah mampu atau tidak mampu, tapi ada sisi psikologis lain yakni sifat masyarakat yang sering pura-pura merasa miskin.

"Jadi memang harus ada paksaan untuk kenaikan harga BBM, asalkan pemerintahnya bersih, mampu mengalihkan subsidi tersebut dengan benar maka masyarakatakan melihat memang ada manfaatnya menaikkan harga BBM," jelasnya.

Bagaimana pun masyarakat tidak bias terus menerus dimanjakan dengan BBM murah. Karena di sisi lain persediaan minyak juga makin menipis apalagi BBM untuk masyarakat sebesar 50-60 persen berasal dari impor.

"Jika tidak disadarkan mulai dari sekarang, mungkin 20-30 tahun lagi Indonesia makin tergantung dengan impor minyak, dan pemerintah akan kesulitan menanggung biaya subsidi yang terus menerus tinggi," katanya.

Sekedar informasi pemerintah sudah mendapat lampu hijau dari DPR untuk menaikkan harga BBM di 2013. Namun kenaikan harga BBM itu dinilai Komaidi tidak akan dilakukan pemerintah karena alas an politis menjelang pemilu.
Sumber: Liputan6.com, 24 Oktober 2012 |12:43
Link: http://news.liputan6.com/read/446983/kelas-menengah-paling-rewel-dan-marah-kalau-bbm-naik

ANALISIS:
Menurut saya, kebijakan kenaikan harga bbm memang selalu ada pro dan kontra. Memang masyarakat menengah yang sebagian besar memanfaatkan BBM setiap harinya. Tetapi sekarang ini masyarakat di desa pun sudah banyak yang menggunakan sepeda motor. Maka masyarakat desa pun akan merasakan kenaikan harga BBM itu. bahkan bagi masyarakat kecil di pedesaan yang tidak mempunyai kendaraan bermotor pun ikut merasakan dampak dari kenaikkan  BBM karenakenaikan harga BBM akan mempengaruhi kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok lainnya. Jadi kesimpulannya, bukan hanya masyarakat menegah saja yang keberatan dengan harga kenaikkan BBM, tetapi masyarakat kelas bawah juga keberatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates