Kelas
Menengah Paling Rewel dan Marah Kalau BBM Naik
Liputan6.com,
Jakarta: Siapa yang paling menjerit kalau harga BBM di Indonesia naik? Ternyata
bukan kelas ekonomi bawah yang teriak, tapi kelas ekonomi menengah yang paling
sering menolaknya.
Direktur
Eksekutif Reforminer Institute Komaid iNotonegoro mengatakan kelas bawah atau penduduk
miskin yang tinggal di desa justru tidak terlalu rebut dengan kenaikan harga
BBM karena mereka jarang menggunakan kendaraan untuk keperluan sehari-harinya.
Begitu
juga dengan kelas menengah atas, yang sebenarnya bisa mengikuti kebijakan kenaikan
harga minyak karena memang mampu.
Tapi
berbeda dengan kelas menengah yang setiap hari menggunakan alat transportasi untuk
kerja sehingga kenaikan harga BBM sangat berdampak kepengeluarannya.
"Kelas
menengah itu well educated, terlebih dengan eksisnya mereka di sosial media
membuat kelas menengah gampang untuk bersatu menolak kenaikan harga BBM. Jadi memang
yang menggerakkan penolakan kenaikan harga BBM itu selalu kelas menengah,"
kata Komaidi dalam perbincangannya dengan liputan6.com melalui telepon, Rabu
(23/10).
Tapi
sebenarnya jika menghitung pendapatan warga, maka pendapatan masyarakat
Indonesia saat ini sudah lebih tinggi yakni 2-6 dolar AS per hari, yang
kemampuannya untuk beradaptasi dengan kenaikan harga minyak tetap bisa.
"Tahun
2008 harga BBM pernah mencapaiRp 6000 per liter, dengan kenaikan pendapatan saat
ini kemampuan untuk membeli harga BBM di harga tersebut juga sebenarnya masih mampu,"
ujar Komaidi.
Hanya
saja lanjut Komaidi, kenaikan harga BBM bukan Cuma masalah mampu atau tidak mampu,
tapi ada sisi psikologis lain yakni sifat masyarakat yang sering pura-pura merasa
miskin.
"Jadi
memang harus ada paksaan untuk kenaikan harga BBM, asalkan pemerintahnya bersih,
mampu mengalihkan subsidi tersebut dengan benar maka masyarakatakan melihat memang
ada manfaatnya menaikkan harga BBM," jelasnya.
Bagaimana
pun masyarakat tidak bias terus menerus dimanjakan dengan BBM murah. Karena di
sisi lain persediaan minyak juga makin menipis apalagi BBM untuk masyarakat sebesar
50-60 persen berasal dari impor.
"Jika
tidak disadarkan mulai dari sekarang, mungkin 20-30 tahun lagi Indonesia makin tergantung
dengan impor minyak, dan pemerintah akan kesulitan menanggung biaya subsidi
yang terus menerus tinggi," katanya.
Sekedar
informasi pemerintah sudah mendapat lampu hijau dari DPR untuk menaikkan harga
BBM di 2013. Namun kenaikan harga BBM itu dinilai Komaidi tidak akan dilakukan pemerintah
karena alas an politis menjelang pemilu.
Sumber:
Liputan6.com, 24 Oktober 2012 |12:43
Link:
http://news.liputan6.com/read/446983/kelas-menengah-paling-rewel-dan-marah-kalau-bbm-naik
ANALISIS:
Menurut
saya, kebijakan kenaikan harga bbm memang selalu ada pro dan kontra. Memang
masyarakat menengah yang sebagian besar memanfaatkan BBM setiap harinya. Tetapi
sekarang ini masyarakat di desa pun sudah banyak yang menggunakan sepeda motor.
Maka masyarakat desa pun akan merasakan kenaikan harga BBM itu. bahkan bagi
masyarakat kecil di pedesaan yang tidak mempunyai kendaraan bermotor pun ikut
merasakan dampak dari kenaikkan BBM
karenakenaikan harga BBM akan mempengaruhi kenaikan harga-harga barang
kebutuhan pokok lainnya. Jadi kesimpulannya, bukan hanya masyarakat menegah
saja yang keberatan dengan harga kenaikkan BBM, tetapi masyarakat kelas bawah
juga keberatan.
0 komentar:
Posting Komentar