"Pengelolaan
Utang RI Belum Efektif & Efisien"
Besarnya penetapan defisit anggaran sebesar Rp150,2
triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) disebut
karena pemerintah kecanduan utang.
Direktur Indef Eni Sri Hartati mengatakan, penetapan defisit anggaran sebesar Rp150,2 triliun atau 1,62 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditutupi melalui utang baru. Padahal posisi outstanding utang pemerintah hingga akhir Juni 2012 telah mencapai Rp1.938,6 triliun.
Eni menambahkan, besaran beban bunga dan cicilan utang jauh melampaui alokasi belanja modal rasio belanja modal terhadap belanja pemerintah pusat rata-rata hanya sekira 12 persen. Sementara untuk pembayaran cicilan pokok utang plus bunga utang mencapai 22,2 persen untuk APBN Tahun Anggaran 2008 sampai 2012.
Menurut Eni walau rasio utang Indonesia terhadap PDB menurun, hal ini belum bisa menjadi jaminan akan sustainbilitas pembangunan ke depan karena nominal utang secara signifikan justru terus menerus bertambah tiap tahunnya.
"Nilai utang yang kian terakumulasi tersebut lambat laun berpotensi memicu instabilitas ekonomi yang dapat menimbulkan krisis," kata Eni, saat diskusi RAPBN 2013, di Gedung Energi, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Eni mengungkapkan, dengan adanya peningkatan utang tersebut tidak berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya angka kemiskinan dan angka ketimpangan pendapatan yang lebar yaitu 0,41 persen.
"Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan utang belum dilakukan secara efektif dan efisien," tutup Eni.
Direktur Indef Eni Sri Hartati mengatakan, penetapan defisit anggaran sebesar Rp150,2 triliun atau 1,62 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditutupi melalui utang baru. Padahal posisi outstanding utang pemerintah hingga akhir Juni 2012 telah mencapai Rp1.938,6 triliun.
Eni menambahkan, besaran beban bunga dan cicilan utang jauh melampaui alokasi belanja modal rasio belanja modal terhadap belanja pemerintah pusat rata-rata hanya sekira 12 persen. Sementara untuk pembayaran cicilan pokok utang plus bunga utang mencapai 22,2 persen untuk APBN Tahun Anggaran 2008 sampai 2012.
Menurut Eni walau rasio utang Indonesia terhadap PDB menurun, hal ini belum bisa menjadi jaminan akan sustainbilitas pembangunan ke depan karena nominal utang secara signifikan justru terus menerus bertambah tiap tahunnya.
"Nilai utang yang kian terakumulasi tersebut lambat laun berpotensi memicu instabilitas ekonomi yang dapat menimbulkan krisis," kata Eni, saat diskusi RAPBN 2013, di Gedung Energi, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Eni mengungkapkan, dengan adanya peningkatan utang tersebut tidak berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya angka kemiskinan dan angka ketimpangan pendapatan yang lebar yaitu 0,41 persen.
"Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan utang belum dilakukan secara efektif dan efisien," tutup Eni.
Sumber:
Okezone. Selasa, 16 Oktober 2012 - 19:14:41
Link:
http://economy.okezone.com/read/2012/10/16/20/704790/pengelolaan-utang-ri-belum-efektif-efisien
ANALISIS:
Menurut saya, pemerintah sebaiknya menghitung kembali
RAPBN tahun 2013. Karena anggaran tersebut melebihi pendapatan yang diterima
Negara. Sedangkan itu tingkat deficit keuangan Negara sudah melebihi batas
normal. Jadi saya rasa jika pemerintah menutupi deficit anggaran dengan
menambah hutang itu sangatlah tidak efektif dan efisien. Dengan banyaknya
hutang akan membuat perekonomian Negara menjadi semakin buruk. Hal itu
menyebabkan tingkat kemiskinan menjadi meningkat dan tingkat kesejahteraan
menjadi menurun. Jadi, sebaiknya RAPBN tahun 2013 dianggarkan sesuai dengan
kemampuan perekonomian Negara tanpa menambah hutang.
0 komentar:
Posting Komentar